SLANTING
Ketika kokok ayam sahut terdengar
angan tertumpu pada duduk ku
lekat, meski tipis namun terakar
hati ini kehilangan mu
kapan tangan ini akan sampai
menggapai mu lagi
dalam canda
jiwa ini dingin terpana
Slanting. Sungguh..........
Malam itu, ... datang
Hingga jejakmu
kini kukuh mencengkeram
Tuk menyapa, pada siapa
Tuk mengadu, raga tak mampu
Tuk membisu, jiwa tak gagu
Tuk melupa, angan tak lena
Ketika si raja mulai tertawa
Mengipaskan kehangatan buahkan kicau
Jejakmu kian lekat membelenggu
Kaburkan kicau dinginkan tawa sang raja
Kau bernyanyi di telinga
Kau menari di mata
Kau bercerita di kalbu
Kau membelai di tiap langkahku
dan nyanyian itu
dan tarian itu
dan cerita-cerita itu
dan belaian-belaian itu
kini mematri dalam rindu
Slanting,
I am losing you ............. 10 Nop. 2008
Jiwa Membatu
Batu menjadi tanah
tanah menjadi debu
debu dari tulang-belulang
tulang-belulang dari jiwa
Jiwa yang tak pernah
menjadi tanah
Jiwa yang tak berlaku
menjadi debu
Debu tersapu jiwa
Jiwa yang tetap menjadi batu
Batu sekeras baja
Membaja menghardik jiwa-jiwamu
Jiwa-jiwamu jangan menjadi tanah
Jiwa-jiwamu jangan menjadi debu
Menjadi batu yang membaja
Baja yang membara di Nusantaramu
Negerimu rindu jiwa membaja
Negerimu rindu baja membara
Negerimu rindu bara para satria
Agar tulang-belulang itu tak sia-sia
10 Nop. 2008
22.42.....
SLANTING II
Setitik embun, sejuk hadir
Menerpa dada lembut mendesir
Lelah kunanti, aku kian lelah
Lalu saat pun hadir,
meski sekilas kudengar
SLANTING ........
I ......
22.17.....
MADU-MADU PEMILU
Hingga kumbang kencangkan sengatnya
Menghardik dengan orasi membahana
Meradang kala angin panas menerpa
Demi setelaga madu dalam angannya
Hingga para pendeta tinggalkan kuil
Menengadah bukan berdo’a
Bersujud bukan ikhlas hilangkan batil
Demi setelaga madu dalam angannya
Hingga kurcaci pun bak raksasa
Meski rapuh tebarkan perkasa
Silangkan garda selayak panglima
Demi setelaga madu dalam angannya
Hingga Qorun pun bangkit dari singgasana
Tebarkan kembang gula pada si kecil
agar terpungut teriakan tanda terima kasihnya yang mungil
Demi setelaga madu dalam angannya
Negeri ini janjikan madu
Dengan audisi tuk jadi abdi
Hingga bangga menjadi abdi
Demi setelaga madu dalam angannya
Mungkin ibu kini menangis dalam kecewanya
menatap angkuh anak-anaknya
saling berebut racun dan menenggaknya
hingga pucat wajah-wajahnya
Pupung, 17 Nop. 2008
23.31......
MADU-MADU PEMILU
Kumbang tak lagi milik sang ratu
Pendeta pun jauh tinggalkan kuil
Kurcaci tak ingat lagi dirinya kerdil
Qorun kian tenggelam dengan pundi-pundi yang membatu
Saat nurani rindukan jati diri
Semua menoleh ke arah kiri
Termakan karma lencana abdi
Lalu terbunuh oleh setelaga madu dalam tangannya
Pupung, 18 Nop. 2008
00.16 ......
Mutiaraku Tak Beda
Bagai mahkota aku punya kebanggaan …
Bagai berpusaka aku punya kekuatan …
Bagai burung aku bersangkar emas …
Bagai musafir aku bebas …
Karena di dada bersemayam mutiara
Tertanam lekat mengiring langkah
Berkilau … mereka tak kan punya
Aku bangga dengan mutiaraku
Kunyanyikan pada tiap insan akan indahnya …
Meski ragu, decak mereka merekah
Kian saat kian ku kagum dalam bangga
Hingga sombongkah hati, mutiaraku terindah
Mereka tak kan punya
Meski mereka ragu, karana mutiara adalah sama
Mutiaraku beda!
Mutiaraku beda!
Namun kini jiwa tertunduk saat kata masih bersuara
Mutiaraku beda …
Terlanjur menggunung banggaku ada
Akan mutiaraku yang beda
Dan jiwa semakin tertunduk kecewa
Sebab mutiaraku tak beda!
Mutiaraku tak beda!
Mutiaraku tak beda …
PuPuNg, Jum’at, 9 Jan. ‘09
0.09 ……………………..Bohong (?)
Bohong! Kalau dia sayang kamu!
Bohong! Kalau dia butuh kahadiranmu!
Bohong! Kalau dia tak bohong!
Walau
Kalbumu tak bisa bohong,
Kalau kau merindukannya
Lalu
Tertunduk pandangi kalbu sendiri … Malu …
Bo ho ng!
Kamis, 27 Januari 2009
Sore ………..
Kembali
Aku mengerti
Aku pun paham
Yang ku alami ini
Aku mengerti
Yah …
Gelap silam terselimut masa
Lama sekali terkubur dalam dada
Jauh dan dalam
Tlah kusadari
Ini akan terjadi
Salahkah….
Tapi ini garis Illahi
kan …..???
aku
telah mengerti !!!!
ah ….!
Ku
yakin bakal ada
namun
aku knapa …
merasa tak percaya
kusangka indah
terasa berat juga
knapa harus
dik
kok kamu
dik
aku termangu
ah … !!!
jalan telah jauh
ku lewati
berkali ranjau telah
ku jinakkan
knapa di sini
aku terjerat
begitu kuat
a
a
a
a
a
h
h
h
h
h
PuPuNg,
selasa, 13 Jan. ‘09
00.56 …….
Togaku
Ombak bergandengan berjingkrak, merangkak
Lalu sembunyi
Awan menempuh jarak, bergerak, berarak
Lalu terkulai
Aku masih di sini …
Ketika ikan naik bagan
tersenyum bibir nelayan
Lalu terlelang
Ketika pandangan menembus mentari ke balik awan
Lalu petang
Aku masih di sini …
Terguncang dalam sampan kecil di punggung ombak
Yang menggulung mandikan raga hingga terjongkok
basahi jiwa agar mantap menatap tegap hari esok
tuk teteskan embun pada kucup-kuncup agar harum semerbak
Aku masih di sini …
Terseok punguti
Termangu menatap pantai seberang dalam sesak
Sedang togaku ada melambai dari pantai di balik ombak
Berdiri angkuh menantang asa agar berontak
Aku masih di sini …
Pupung 2009